KetoprakSewan hanya bertahan selama satu bulan saja. Setelah itu melayani pertunjukan menurut undangan orang. Nama paguyuban ketoprak pada waktu itu adalah Krido Muda Mardi utomo. Kesenian ketoprakdi dusunSrumbung Gunung dapat bertahan kurang lebih hingga 20 an tahun. Setelah itu bubar, menurut Ali hal tersebut karena kepengurusan tidak saling
Ilustrasi pertunjukan wayang. Foto iStockIndonesia mewarisi banyak budaya yang sudah diakui oleh dunia. Salah satunya adalah pertunjukan wayang yang diakui UNESCO pada tahun 2003 sebagai Master Piece of Oral and Intangible Heritage of Humanity atau warisan budaya dunia yang berasal dari merupakan karya seni budaya yang terbilang cukup menonjol di antara budaya Indonesia lainnya. Pertunjukan wayang meliputi seni peran, suara, musik, tutur, sastra, tulis, hingga seni wayang sudah mengalami banyak perubahan dan perkembangan dari masa ke masa. Mengutip buku Wayang dan Topeng, pada mulanya wayang digunakan untuk menyebarkan ajaran kini wayang lebih merupakan pementasan seni. Dalam perkembangannya, pertunjukan wayang disesuaikan dengan kebutuhan dan cerita yang dibawa oleh sang keberadaannya mulai tergerus oleh hadirnya budaya asing, wayang masih eksis dan memiliki banyak penggemar. Hal itu tercermin dari masih seringnya pertunjukan wayang digelar dalam acara-acara formal maupun informal, khususnya di daerah Jawa dan Pertunjukan WayangIlustrasi pertunjukan wayang. Foto iStockPertunjukan wayang ditampilkan dalam beberapa versi. Ada versi wayang yang dimainkan oleh seseorang dengan memakai kostum yang dikenal sebagai wayang orang. Ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh yang dimainkan oleh dalang tersebut di antaranya berupa wayang kulit dan wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pertunjukan wayang biasanya berasal dari kisah Mahabarata dan buku Indonesia Nan Indah Kerajinan Khas Daerah oleh Wilujeng D, jenis-jenis wayang untuk setiap daerah berbeda-beda. Alat peraganya pun beragam yang dihasilkan dari bahan berbeda-beda. Ada yang terbuat dari kayu, kulit, kertas, atau kain. Berikut beberapa macam jenis wayang yang berkembang di berbagai daerah di kulit merupakan jenis wayang yang paling populer di masyarakat sampai saat ini. Bentuknya berupa ukiran dengan berbagai bentuk yang disesuaikan dengan yang digunakan terbuat dari lembaran kulit kerbau atau kulit lembu. Wayang kulit dibuat dengan bentuk yang sangat terencana dan dengan tingkat keabstrakan yang wayang kulit hampir ada di seluruh Jawa dan daerah transmigrasinya. Bahkan, wayang kulit sekarang telah meluas ke daerah wayang kelitik pipih seperti wayang kulit. Namun, kayu menjadi bahan utama jenis wayang ini. Bagian tangan wayang kelitik terbuat dari kulit agar mudah digerak-gerakkan. Penyebaran wayang kelitik terdapat di daerah wayang. Foto iStockPertunjukan wayang golek menggunakan alat peraga berupa boneka-boneka kecil dengan diberi pegangan semacam cempurit. Bahan yang digunakan untuk membuat boneka-boneka wayang asal Sunda ini adalah wayang golek Sunda diiringi oleh seperangkat gamelan lengkap dengan pesindennya. Adapun lakon yang sering dimainkan adalah Ramayana dan Mahabarata. Penyebaran wayang golek hampir di seluruh Jawa beber merupakan kerajinan khas Jawa Tengah, khususnya daerah Sragen. Wayang ini merupakan peninggalan zaman Majapahit yang menceritakan kisah Panji Asmara Bangun dengan Dewi Sekar baku pembuatan wayang beber adalah kain pilip yang digambari dengan beberapa adegan lakon. Pada pertunjukan wayang beber, bagian yang menggambarkan lakon itu dibuka dari gulungannya, lalu dalang akan menceritakan kisah yang terlukis dalam setiap adegan saja seni yang meliputi pertunjukan wayang?Apa kisah pertunjukan wayang yang biasanya dibawakan dalang?Apa jenis wayang yang paling populer?
Haltersebut membuktikan bahwa seni tari umbul mampu bertahan karena disukai dan diapresiasi oleh para wisatawan. Sumber Gambar : SMKN 1 Sumedang 2018 Sebuah tarian tentunya harus diiringi oleh musik, alat musik atau jenis waditra sebagai pendukung seni umbul sangat sederhana di antaranya, dogdog ukuran besar, ketuk, kecrek, terompet, dan Goong.
Wayang sebagai kesenian bersifat dinamis dan akan terus bertahan karena wayang dianggap memberikan nilai-nilai kehidupan yang tidak lekang oleh itu disampaikan oleh Sinarto Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim kepada Radio Suara Surabaya, Minggu 7/11/2021. Menurutnya, dikarenakan wayang menggambarkan karakter manusia yang dari dulu hingga sekarang, masih relevan.âLebih serius lagi, wayang itu sebagai karakter manusia. Misalnya Werkudoro itu wataknya manungso manusia. Kalau mau adil ya lihat Werkudoro. Kalau jahat ya bisa lihat Sengkuni,â kata Sinarto yang juga berprofesi sebagai sejak dulu, dalam pementasan wayang, banyak sekali nilai-nilai kehidupan yang diceritakan. Mulai dari kehidupan ekonomi, sosial, visi kepemimpinan, politik hingga tak jarang jika cerita wayang bisa disesuaikan dengan permintaan si penanggap penyelenggara acara. Contohnya, pertunjukan wayang yang ditanggap oleh orang untuk acara pernikahan, biasanya akan meminta cerita dan lakon dari cerita kehidupan pernikahan dan rumah tangga. Tujuannya, agar wayang tak berhenti menjadi seni hiburan semata, tetapi juga ingin memberikan nilai-nilai, sekaligus pesan-pesan kepada mereka yang punya seorang dalang juga bisa membuat tokoh dan karakter wayang yang baru, agar cerita yang ditampilkan lebih relevan dengan zaman sekarang. Karena jika wayang dihadirkan sebagai spirit internal, maka wayang dapat bertahan sampai kapanpun.âWayang bisa digambarkan seperti zaman sekarang. Seperti Ki Kenthus yang membuat wayang-wayang baru, saat saya tanya katanya karena kelakuan orang-orang sekarang kayak giniâ,â ceritanya.âFilosofisnya, siapapun bisa masuk paham. Seni rupanya siapapun boleh membuat yang terbaru, namanya wayang kok. Tidak perlu seperti ini salahâ,â dalang harus bertanggung jawab atas cerita apa yang akan dipertunjukkan. Apakah cerita pewayangan akan memberikan nilai-nilai kehidupan yang baik, atau melihat, eksitensi kesenian wayang di Jawa Timur masih ada hingga saat ini. Bahkan sejak dihantam pandemi Covid-19, geliat pertunjukan wayang berangsur-angsur banyak penanggap yang menggelar wayang secara virtual, namun jumlahnya terus naik. Mulai dari sebuah organisasi, lembaga hingga persorangan.âYang nanggap ini sudah ada perorangan. Dulu yang mendahului kan organisasi, lembaga-lembaga, industri, pabrik. Setelah itu perorangan seperti acara kawinan,â kata si dalang melakukan pertunjukan dari rumah, lalu ditonton oleh para penanggap dan para tamu undangan. Di sana, dalang bisa menambah inovasi dengan memberikan salam-salam untuk para tamu.âDalang juga memberikan salam ke tamu-tamu dari tuan rumah, kasih kesempatan buat nyawer dan diputar berulang-ulang,â menyebut, pertunjukan wayang secara virtual juga lebih menekan biaya operasional karena pertunjukan digelar di rumah dalang.tin/iss
Salah satu bentuk tradisi warisan nenek moyang kita ialah pertunjukan wayang yang mampu bertahan berabad-abad dan mengalami perubahan serta perkembangan sampai dengan bentuknya yang sekarang. ¡ Wayang sebenarnya dikenal sejak zaman prasejarah dari sekitar 1500 tahun sebelum Masehi.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Indonesia memiliki banyak tradisi dan budaya yang beragam, bermakna, dan unik. Hal ini menjadi tidak heran apabila banyak Indonesianist yang akhirnya penasaran dan membuat riset mengenai budaya Indonesia. Pembahasan kali ini akan didasari salah satu teori yaitu kajian budaya atau cultural studies. Kajian budaya ini merupakan teori yang mendalami konteks keadaan dan kondisi dalam suatu budaya. Hal ini akan sesuai pada pembahasan terkait pertunjukkan wayang dalam menghadapi konteks global dan budaya Pemuda yang pastinya mengalami banyak perspektif baru dan kondisi serta keadaan yang satunya seperti riset yang ditulis oleh Matthew Isaac Cohen dengan judul "Contemporary Wayang in Global Contexts". Matthew Isaac Cohen sudah belajar wayang kulit di jawa hampir 6 tahun lamanya. Pada penelitiannya Cohen menjelaskan tentang bagaimana wayang ditempatkan dalam konteks global yang dimulai pada masa kolonial. Hal ini sangat menarik sebab dari risetnya dapat diketahui sudut pandang budaya wayang di negara luar. Hal ini terlihat dari penjelasan Cohen bahwa pada awal abad 20, wayang juga akan menginspirasi praktisi teater Eropa dan Amerika Cohen, 2007, h. 340. Jadi, tidak heran bagi kita bagaimana wayang mampu berkembang di negara risetnya, Cohen menceritakan salah satu penggemar wayang terbesar di Eropa yang Bernama Edward Gordon Craig yang mengambil fokus masalah yang cukup menarik. Craig mengecam para philologists karena menggambarkan konstruksi wayang tanpa mengacu pada teater fungsionalitas angka terutama gambaran awal Raffles tentang wayang dalam The History of Java Cohen, 2007, h. 342. Hal ini tentu memberi informasi baru yang konteksnya di luar Indonesia tentang bagaimana mereka mengambarkan konstruksi wayang. Cohen juga menjelaskan bagaimana Pandam didorong untuk melakukan pertunjukkan wayang di Amerika Serikat sebagai cara mengkomunikasikan tentang budaya Jawa. Alhasil, Padam berkolaborasi dengan James Brandon untuk memproduksi pertunjukkan wayang kulit dengan mahasiswa Brandon teater asia bahkan bekerja sama dalam meluncurkan buku yang diterbitkan oleh Harvard University Press as On Thrones of Gold Cohen, 2007, h. 352 . Hal ini mengagumkan terkait pertunjukan wayang kulit yang mampu menarik minat di luar Indonesia hingga diterbitkan dalam bentuk buku. Cohen 2007, h. 362 menjelaskan bahwa sampai sekarang masih banyak performers luar Indonesia dengan pengetahuan praktis dan mendalam tentang wayang Jawa dan Bali bahkan tradisi wayang telah diangkut dan ditransformasikan ke luar Indonesia. Riset yang diteliti Cohen ini sangat memberikan pengetahuan luas tentang wayang dari berbagai sudut pandang dunia kepada kita. Cohen membawakan riset ini dengan menarik karena mengkaitkan berbagai perspektif terutama dalam mendalami kondisi serta keadaan seperti dasar teori kajian budaya dan sejarah tentang wayang bahkan penyebarannya ke luar satu riset yang menarik lainnya tentang wayang yang dianalisis oleh Indonesianist bernama Miguel Escobar Varela yang membahas tentang wayang Hip Hop. Hal ini menjadi menarik karena dalam risetnya, ia membahas bagaimana salah satu tradisi pertunjukan tertua di Jawa yaitu Wayang bertemu budaya pemuda wayang Hip Hop yang dianalisis Miguel Escobar Varela menjelaskan pro dan kontranya masing-masing mengenai Wayang Hip Hop. Pada risetnya dijelaskan bahwa perpaduan wayang dan hip hop ini bertujuan untuk menyesuaikan perubahan sosial budaya yang cepat tetapi tetap melestarikan dan tidak menghilangkan aspek etika dan estetika Jawa dalam pertunjukan wayang ini. Hal ini dianggap untuk membangun interaksi secara sengaja dan canggih dari warisan jawa dan musik pemuda global. Wayang hip hop ini juga lebih mengeksplorasi masalah kontemporer dengan penonton dibandingkan pencarian spiritual para pangeran wayang tradisional, tetapi tetap mengandalkan pengetahuan budaya penonton. Wayang hip hop berdasarkan riset ini dinilai mampu menyesuaikan diri dengan berbagai pengaturan penampilan Varela, 2014. Oleh karena itu, Riset yang ditulis Miguel Escobar Varela tentang wayang hip hop ini terasa bagaimana tradisi pertunjukan seperti wayang digabungkan dengan pertunjukan musik di zaman modern dalam rangka untuk menyesuaikan perubahan tanpa melupakan tradisi wayang tersebut. Varela kembali menjelaskan bahwa wayang Hip Hop banyak mendapatkan kontra dan kritikan. Tertulis dalam risetnya bahwa direktur lokal asosiasi wayang Indonesia mengatakan bahwa karakter wayang yang berada dalam lingkup spiritual tinggi, tetapi ketika diwakili dengan Hip Hop, unsur keindahan dan nilai moral tidak ada. Kritik lainnya yang didapatkan adalah bahwa penampilan mereka digambarkan dengan bentuk yang dangkal dan 'mutilasi brutal' Varela, 2014. Bahkan banyak pencinta wayang justru takut bentuk pertunjukan asli wayang memudar menjadi budaya anak muda. Kritikan ini tentu sangat relevan karena budaya dan tradisi asli perlu dipertahankan ketika menghadapi perubahan dua riset tersebut yang dibawakan oleh Matthew Isaac Cohen dan Miguel Escobar Varela tentang salah satu kultur Indonesia berupa Wayang memberikan sejumlah sudut pandang baru. Kedua riset ini dapat saling melengkapi satu sama lain. Hal ini karena dari riset Cohen mampu menjelaskan bagaimana budaya wayang dalam konteks dunia, sedangkan pada riset Varela memberi pengetahuan bagaimana tradisi wayang menghadapi budaya yang 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
Bentukperpaduan antara tradisi lokal, Hindu Budha, dan Islam di dalam kehidupan masyarakat antara lain pertunjukan wayang. Pertunjukan wayang tersebut mampu bertahan sampai sekarang, karena? ceriteranya selalu berkembang menyesuaikan kondisi masyarakat setempat isi ceriteranya banyak menyadur dari ceritera Mahabarata dan Ramayana
Sebelum datangnya pengaruh HinduâBuddha dan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah mengenal kehidupan religius yang dijadikan pedoman untuk bersikap dan berperilaku dalam kehidupannya. Hampir setiap kegiatan selalu dilandasi dengan upacara religius, baik dalam kegiatan mata pencaharian, adat istiadat perkawinan, tata cara penguburan, selamatan-selamatan Jawa=slametan, maupun dalam kehidupan lainnya. Mereka patuh menjalankan pranata-pranata yang berbau religius dan magis tersebut karena mereka beranggapan bahwa apabila terjadi pelanggaran akan mendapatkan kutukan dari arwah nenek moyang yang dampaknya akan mendatangkan bencana terhadap warga masyarakatnya. Tradisi kehidupan religius ini semula bentuknya masih sangat sederhana sebelum pengaruh HinduâBuddha merupakan tradisi lokal sehingga ketika pengaruh HinduâBuddha masuk ke Indonesia, tradisi lokal ini tidak musnah melainkan justru makin berkembang. Hal ini dikerenakan pengaruh HinduâBuddha juga menyesuaikan dengan kehidupan masyarakat setempat, hanya saja cara-cara dan upacara religusnya bersumberkan pada ajaran HinduâBuddha. Demikian juga ketika pengaruh Islam masuk juga ikut mewarnai kehidupan tradisi-tradisi yang ada di Indonesia. Segala aktivitas kehidupan masyarakat yang menganut agama Islam, bersumber pada ajaran agama Islam. Dengan demikian dari masa Purba sampai dengan masuknya pengaruh Islam, kehidupan tradisi-tradisi tersebut masih tetap berlangsung dan mendapat tempat sendiri-sendiri di kalangan masyarakat sesuai dengan kondisi daerah dan tingkat kepercayaan masyarakat yang bersangkutan. Bentuk-bentuk perpaduan antara tradisi lokal, HinduâBuddha, dan Islam di dalam kehidupan masyarakat, antara lain sebagai berikut. 1. Pertunjukan Wayang Salah satu bentuk tradisi warisan nenek moyang kita ialah pertunjukan wayang yang mampu bertahan berabad-abad lamanya dan mengalami perubahan serta perkembangan sampai dengan bentuknya yang sekarang. Fungsi pertunjukan wayang sepanjang perjalanan sejarahnya tidaklah tetap dan bergantung pada kebutuhan tuntutan. Pertunjukan wayang pada mulanya merupakan upacara pemujaan arwah nenek moyang. Setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk maka pertunjukan wayang mengalami perkembangan. Pertunjukan wayang kemudian banyak menyadur dari pengaruh Hindu-Buddha dengan mengambil cerita dari Mahabarata dan Ramayana. Ketika pengaruh Islam masuk, pertunjukan wayang makin berkembang dan bersumberkan pada ajaran agama Islam. Para Wali Sanga, khusus Sunan Kalijaga menggunakan pertunjukan wayang sebagai media dakwah. Jadi, pertunjukan wayang di samping sebagai sarana pendidikan, komunikasi, dan hiburan rakyat juga digunakan untuk menyebarkan agama Islam. Bahkan, sampai zaman modern sekarang ini dengan berbagai peralatan yang canggih, pertunjukan wayang masih tetap eksis sebagai sarana pendidikan, hiburan, dan komunikasi yang efektif untuk menunjang pembangunan. Catatan Jenis wayang, antara lain wayang kulit, wayang orang Jawa = wong, wayang klithik, wayang gedhog, wayang golek, dan wayang beber. Perlengkapan untuk pertunjukan wayang, antara lain dalang, warangggana pesinden, blencong lampu, kotak tempat wayang, kepyak, gamelan, rebab, dan suling. 2. Upacara Penguburan Adat dan tata cara penguburan di Indonesia berbeda di setiap daerah sehingga banyak sekali ragamnya. Hal ini wajar mengingat bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa, agama, dan kepercayaan dengan adat istiadat yang berbeda pula. Ada berbagai cara perawatan jenazah selain penguburan, misalnya jenazah dibakar dikremasi, dibiarkan hancur di alam terbuka, atau disimpan di bangunan khusus dan sebagainya. Ada yang menentukan jenazah segera dikuburkan pada hari kematian seperti yang dilakukan di kalangan penganut agama Islam. Ada juga yang mengharuskan orang menanti berminggu-minggu, bahkan bulanan sebelum jenazah dikuburkan. Dalam hal ini upacara penguburan mempunyai beberapa tahapan. Suatu upacara biasanya disertai dengan mengorbankan sejumlah hewan ternak sesuai dengan tingkat sosial ekonomi pada masyarakatnya. Adat penguburan seperti ini dikenal pada suku Nias, Batak, Sumba, dan Toraja. Penyelenggaraan adat kematian dan upacara penguburan seperti itu menelan biaya yang besar sehingga beban itu dipikul oleh segenap keluarga dan dibantu oleh para tetangganya. Berbagai adat dan tatacara penguburan yang ada di Indonesia , antara lain sebagai berikut. a. Tradisi Penguburan Suku Toraja Menurut kepercayaan suku Toraja, jika seseorang meninggal untuk masuk ke alam baka diselenggarakan upacara sesuai dengan kedudukan di masa hidupnya. Itulah sebabnya penguburan orang terpandang selalu diselenggarakan secara besar-besaran dengan upacara lengkap dan disertai menyembelih kerbau dan babi hingga puluhan ekor jumlahnya. Kuburan orang Toraja berupa lubang yang dipahatkan pada dinding batu di lereng gunung yang terjal. Dengan meniti tangga bambu sederhana yang disandarkan di tebing empat sampai dengan enam orang membawa peti itu merayap ke atas menuju liang kubur yang telah disiapkan. Sesampainya di lubang kubur jenazah diletakkan dalam posisi berdiri dengan wajah menghadap lembah yang indah. b. Pada Masyarakat Purba Sebelum terkena pengaruh HinduâBuddha maka adat dan tata cara penguburan orang meninggal sangat sederhana, yakni mayat hanya diletakkan di peti mayat atau kubur batu. Untuk tokoh masyarakat atau kepala suku sebagai orang yang dihormati dan disegani dibuatkan arca atau tugu sebagai peringatan yang dikenal dengan istilah arca nenek moyang. Untuk selanjutnya muncullah tradisi pemujaan terhadap roh nenek moyang. c. Upacara Ngaben Pada zaman HinduâBuddha banyak upacara adat yang kemudian dikombinasikan dengan upacara keagamaan. Pada masyarakat Bali yang sebagian besar rakyatnya menganut agama Hindu, upacara kematian didasari oleh kepercayaan bahwa manusia yang mati dapat menitis kembali. Untuk mempercepat proses kesempurnaan jasad orang yang meninggal maka jenazah harus dibakar. Upacara pembakaran mayat tersebut dikenal dengan nama Ngaben. Setelah pembakaran selesai, abu mayat dihanyutkan dalam sungai atau laut. d. Masyarakat Jawa Pada masyarakat Jawa yang sebagian besar beragama Islam, upacara adat kematian dan penguburan masih diwarnai oleh tata cara Hindu, Buddha, dan kebudayaan asli kejawen. Sebagian penduduk yang menganut ajaran Islam Muhammadiyah menghilangkan tata upacara selain yang diajarkan dalam agama Islam. Namun, secara umum campuran berbagai tata upacara itu masih berlaku sampai sekarang. Seperti halnya pada kelahiran, khitanan, dan perkawinan maka pada kematian pun tata cara upacara diikuti rangkaian selamatan dan sesaji. Misalnya, pada hari kematian disebut hari geblag, selanjutnya sesaji terus diadakan pada hari ketiga nelung dina, hari ketujuh mitung dina, hari keempat puluh matang puluh dina, hari ke seratus nyatus, satu tahun mendak pisan, dua tahun mendak pindo, dan seribu hari nyewu. Pada setiap upacara selamatan dilakukan tahlilan atau pemanjatan doa untuk memohonkan ampun bagi orang yang telah meninggal. 3. Upacara Labuhan Tradisi upacara labuhan dilaksanakan setiap tahun sekali oleh kerabat Keraton Yogyakarta yang biasanya dilaksanakan pada hari penobatan dan pada waktu ulang tahun penobatan raja tingalan dalem. Upacara labuhan diselenggarakan di empat tempat yakni di Parangkusumo, Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Dlepih. Hal ini dilatar belakangi bahwa tempat-tempat tersebut pada zaman dahulu digunakan oleh raja-raja Mataram untuk bertapa dan berhubungan dengan roh halus. Upacara ini merupakan tradisi turun temurun sejak Mataram di bawah pemerintahan Panembahan Senopati sampai sekarang. Catatan Labuhan adalah upacara mengirimkan melabuh barang-barang dan sesaji ke tempat-tempat yang dianggap keramat dengan maksud sebagai penolak balak dan untuk keselamatan masyarakat. 4. Tradisi Garebeg dan Sekaten Garebeg atau anggerebeg berarti pengawalan terhadap seorang pembesar yang penting, seperti seorang raja. Pada upacara tersebut Raja Yogyakarta dan Raja Surakarta menampakkan diri di Sitinggil dan dikelilingi oleh pengikut-pengikutnya kerabat-kerabatnya yang berada di Pagelaran untuk memberikan penghormatan kepada penguasa. Upacara Gerebeg dilakukan tiga kali setiap tahun oleh Keraton Yogayakarta dan Keraton Surakarta, yaitu pada hari kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Salam. Gerebeg Maulud pada tanggal 12 Maulud, hari raya Idul Fitri Gerebeg Pasa pada tanggal 1 Syawal dan hari raya Idul Adha Gerebeg Besar pada tanggal 10 Besar. Dari tiga Garebeg tersebut yang terbesar ialah Garebeg Maulud yang kemudian dirangkaikan dengan Sekaten. a. Garebeg Maulud Gerebeg maulud adalah pesta yang diadakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Salam pada tanggal 12 Rabiul Awal. Dalam hal ini ada tiga macam perayaan, yaitu, Sekaten pasar malam, upacara Sekaten itu sendiri, dan Garebeg Maulud. b. Perayaan Sekaten Sekaten adalah perayaan yang berbentuk pasar malam yang biasanya berlangsung selama 1â2 minggu, bahkan 1 bulan sebelum upacara Gerebeg Maulud dilaksanakan.
Memangpada masa sekarang pertunjukan wayang lumayan lebih mahal apalagi dengan dalang Ki Anom Surata tapi pada kenyataannya sekarang wayang masih diminati dan masih tenar sampai sekarang.Bukan tentang harga tapi tentang bagaiman penonton bisa menikmati pertunjukan yang bisa bertahan sampai dini hari . Saya sangat kagum karena mana mungkin ada
A Judul: Pertunjukan Wayang Kulit Gagrag Banyumasan sebagai Media Penyampaian Pesan Pendidikan Karakter di Kabupaten Banyumas B. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses sepanjang hayat (long life education) dan persoalan penting dalam kehidupan manusia. Pada masyarakat modern saat ini, banyak tuntutan yang harus dilakukan sebagai warga negara Indonesia, antara lain: (a.)
Ohiyah teman-teman kenapa kesenian di Winduraja ini memakai nama "Nyengsol". Apakah ada maksud atau arti dari "Nyengsol" tersebut, menurut ketua kelompok karinding Nyengsol Atus Gusmara mengatakan kepada para netizen đ, bahwa Nyengsol memang mengandung arti, karena Nyengsol adalah singkatan dari " Nyungsi Eusi Ngaguar Seni Olah Laras" maksudnya adalah mencari isi seni jaman
nAPqQ3. afmm3m43s3.pages.dev/68afmm3m43s3.pages.dev/38afmm3m43s3.pages.dev/230afmm3m43s3.pages.dev/164afmm3m43s3.pages.dev/205afmm3m43s3.pages.dev/324afmm3m43s3.pages.dev/202afmm3m43s3.pages.dev/309afmm3m43s3.pages.dev/385
pertunjukan wayang tersebut mampu bertahan sampai sekarang karena